Berawal
dari sebuah rumah sunyi yang menuntun kakiku melangkah mendekati, spontan aku mengetuk
pintu rumah itu. Pemiliknya mempersilahkan aku masuk
Aku tak
berharap tinggal, mungkin akan ada tamu berikutnya
Melihat
sekelilingku
Melihat
ruangan yang tertata, persis sesuai seleraku
Aku bertanya,
untuk siapakah ruangan ini?
“untuk
menjamumu” katamu, aku tersipu mendengarnya
Terimakasih
telah menjamuku, dari mana kau tau padahal aku hanyalah tamu yang tidak diundang
yang mungkin akan membuat keributan dirumahmu
***
-HARI
BERIKUTNYA SETIAP AKU MELEWATI RUMAH ITU, AKU TERTARIK UNTUK MENGUNJUNGINYA-
Suatu hari
saat aku berkunjung kamu menatapku dalam,
“Tinggallah”
katamu
Ingin sekali
aku tinggal, hanya saja tidak bisa
“kenapa?”
Aku tak
mengenalmu dan pasti ayah, ibu menungguku dirumah
“jika
itu masalahnya, biarkan aku yang memintamu pada mereka berdua” katamu
Bisakah
kamu? Kamu belum mengenalku, tak takut ruangan ini aku hancurkan?
“tidak
masalah, aku akan membangunnya lagi. Kamu takkan menghancurkanya bukan?” katamu
Darimana
kamu bisa begitu yakin?
“aku
melihat itu di matamu” katamu
Aku juga
melihat kepercaaan itu
“kenapa
kamu mengatakan itu, dari mana kepercayaan itu?
“dia
datang sendiri, saat pertama kali kita bertemu” katamu
Banyak yang
akan aku tanyakan kelak, mungkin akan lebih berisik dari saat ini
“iya
aku tau, aku akan menjawabnya dengan senang hati. Mendengarmu disampingku saja
itu menenangkan, aku tak tau bagaimana saat aku jauh darimu” katamu
Biarkan
aku pergi sejenak
“kamu
akan pergi?” katamu khawatir
Tidak,
aku hanya akan berkemas
Pipimu memerah
semu.
****
rumah bercat putih, 28 feb 2016
-LFF
No comments:
Post a Comment