Sunday, February 28, 2016

Tamu

Berawal dari sebuah rumah sunyi yang menuntun kakiku melangkah mendekati, spontan aku mengetuk pintu rumah itu. Pemiliknya mempersilahkan aku masuk
Aku tak berharap tinggal, mungkin akan ada tamu berikutnya
Melihat sekelilingku
Melihat ruangan yang tertata, persis sesuai seleraku
Aku bertanya, untuk siapakah ruangan ini?
“untuk menjamumu” katamu, aku tersipu mendengarnya
Terimakasih telah menjamuku, dari mana kau tau padahal aku hanyalah tamu yang tidak diundang yang mungkin akan membuat keributan dirumahmu
***
-HARI BERIKUTNYA SETIAP AKU MELEWATI RUMAH ITU, AKU TERTARIK UNTUK MENGUNJUNGINYA-

Suatu hari saat aku berkunjung kamu menatapku dalam,
“Tinggallah” katamu
Ingin sekali aku tinggal, hanya saja tidak bisa
“kenapa?”
Aku tak mengenalmu dan pasti ayah, ibu menungguku dirumah
“jika itu masalahnya, biarkan aku yang memintamu pada mereka berdua” katamu
Bisakah kamu? Kamu belum mengenalku, tak takut ruangan ini aku hancurkan?
“tidak masalah, aku akan membangunnya lagi. Kamu takkan menghancurkanya bukan?” katamu
Darimana kamu bisa begitu yakin?
“aku melihat itu di matamu” katamu
Aku juga melihat kepercaaan itu
“kenapa kamu mengatakan itu, dari mana kepercayaan itu?
“dia datang sendiri, saat pertama kali kita bertemu” katamu
Banyak yang akan aku tanyakan kelak, mungkin akan lebih berisik dari saat ini
“iya aku tau, aku akan menjawabnya dengan senang hati. Mendengarmu disampingku saja itu menenangkan, aku tak tau bagaimana saat aku jauh darimu” katamu
Biarkan aku pergi sejenak
“kamu akan pergi?” katamu khawatir
Tidak, aku hanya akan berkemas
Pipimu memerah semu.
****

rumah bercat putih, 28 feb 2016
-LFF

No comments:

Post a Comment