Waktu dan tangis tidak akan mengobati orang yang
sedang rindu
Dapatkah tuan tau,
Setiap rindu datang
Rasanya seperti menggenggam bara di kepalan tangan
Sakit, sangat menyakitkan
Setiap rindu datang, aku mengupayakan
Air untuk menghentikan bara dikepalan tanganku
Menetes dan menghentikan sakitnya
Kututupi rapat-rapat tubuhku, dengan selimut tebal
Aku tenggelam di lautnya
Dan menghadapi malam tanpa mimpi
Tahun demi tahun berlalu, tapi tidak dalam ingatan
ku
Kenagan demi kenangan mengikuti kemana aku
bergerak
Mengantui setiap mimpi
Berisi cerita tentang tuan
Aku tak pernah berjanjikan untuk tidak menangis?
Aku tak pernah berjanjikan untuk melupakan?
Mungkin tuan pernah berkata, “pergilah”
“berbahagialah” katamu
Tapi apakah tuan benar-benar ikhlas, aku pergi?
Jangan sok tegar, jangan sok ikhlas!
Aku benci itu, !
Karena aku tidak
Aku belum bisa bahagia, sebahagia saat tuan
disisiku
Tuan bisakah kita bertemu, satu waktu yang kupinta
diantara daftar panjang kesibukanmu?
Aku ingin bicara. Aku akan menjawab semua tanya,
kita akan berbicara apa saja.
Aku ingin ketika aku menagis tuan yang menyeka,
ketika aku khawatir tuan yang mengusap kepalaku, ketika petang tuan menggenggam
tanganku, dan tuan menarikku dari kedalaman
Bisakah kita bertemu?
Aku takut setelah ini akan ada ribuan jarum yang
menusuk badanku
Aku takut setelah ini aku tidak bisa merasakan
apa-apa lagi
Bisakah kita bertemu?
Untuk Tulisan Kali
Ini, Sebut Saja Rindu
Oktober, Malam
Bernomor 17 2015
No comments:
Post a Comment