Sudut
itu selalu kosong, setiap kamu tidak datang. Di sudut itu, kamu duduk sendiri
menikmati secangkir kopi hitam.
Hei!
Sadarkah dirimu telah mencuri segenap perhatianku semenjak aku masuk ke tempat
itu? Kamu dengan secangkir kopi hitam favoritmu yang terlihat tekun di hadapan
bacaanmu. Sungguh aku ingin datang ke hadapanmu dan berkata “aku sudah disini”.
Sepertinya
itu mustahil, barangkali aku harus
melarut ke dalam kopimu. Bersembunyi dalam kepekatan, bercampur dalam kepahitan
secangkir kopimu.
Atau
aku harus menghampirimu dan pura-pura terjatuh didepanmu agar kamu
memperhatikanku?
Atau
aku harus memanggil pemadam kebakaran, yang suara sirenenya kencang agar kamu
menoleh?
Ah,
konyolnya aku. Selalu saja meracau ini itu, mengutukmu atas segala kepahitan
yang kamu ciptakan. Tanpa pernah aku sadari bahwa aku menikmati segala pahit
yang kamu buat. Seperti halnya aku menikmati secangkir kopi.
Teruslah
datang, mendiami sudut itu. Aku akan selalu di ruangan yang sama denganmu,
memperhatikanmu walau dalam jarak.
Mungkin
suatu hari nanti jika keberanianku telah terkumpul, kita dapat menikmati
secangkir kopi bersama. Atau barangkali saat kamu mau menghampiriku, yah tak
ada salahnyakan berharap itu terjadi. Huffttt..............
dari tetangga sebelah, untuk teman yang sedang menunggu
ruangan nomor 22 10 2015
dari tetangga sebelah, untuk teman yang sedang menunggu
ruangan nomor 22 10 2015
No comments:
Post a Comment