Aku sangat membencimu
sampai-sampai aku tak mau meyebut namamu.
Sebegitu besarnya rasa benci ini.
Rasa benci ini bermula saat aku
mengenalmu,
Suatu pagi disekolah kamu
menyapaku, “Hai, Saya” sapamu “sini aku bantu bawakan barang-barang mu!”, oh
manis sekali saat itu saat kamu menawarkan bantuanmu kepadaku yang sedang
benar-benar kesusahan membawa seabrek keperluanku untuk kemping siang itu. “Ah,
tidak usah merepotkanmu saja” kenapa sampai terpikir olehku malu-malu menolak
bantuannya, kalau aku bisa membaca masa depan aku tak mungkin menengok ke arah
suaramu saat itu, aku tak ingin bertemu denganmu. Ya, hari itu hari pertama aku
mengenalmu dan awal dari semua kebencian ini di mulai.
***
TINGTONGTINGTONG~~~~
“Assalamuaikum, Saya.. Saya..”
Krekk~~~
“Oh, G ada apa kamu ke rumahku?”
“ayo Saya, kita berangkat bersama
ke sekolah”
“hao, kenapa tumben sekali kamu
menjemputku G. Tidak usah repot-repot aku bisa pergi sendiri”
“ayolah Saya, aku sudah jauh-jauh
menjemputmu kesini kamu tega menolak bantuanku ini”
“mmm, baiklah”
Akhirnya aku memenuhi permintaan
G pada hari itu, G begitu baik kepada ku. Bagaimana tidak dia dengan senang
hati mengantar jemputku ke sekolah, tidak pernah protes tidak pernah mengeluh
apa yang dia pikirkan saat itu.
Satu tahun berlalu, dua tahun
berlalu dia tetap sama selalu menungguku di depan rumah ataupun di depan
gerbang sekolah untuk menemaniku pulang. Tahun ketiga, kita semakin dan semakin
dekat sampai-sampai teman-teman satu sekolah kami mengira kami saudara karena
setiap waktu bersama.
“Hah G, dia karena kebaikkannya
aku tidak bisa memarahinya. “ Sebaik apapun G dia tetapi manusia dia adalah
anak yang suka berkelahi katanya dengan berkelahi dia dapat meluapkan kemarahan
– kemarahannya tentang ke dua orang tuanya. Aku selalu memberi tahunya untuk
berhenti melakukan itu, tapi aku tidak pernah berhasil. Banyak hal yang dia
turuti dari semua perkataanku, tapi untuk satu hal ini dia tidak pernah
berhasil menurutinya.
Teman-teman bilang G anak yang
aneh, kasar dan penyendiri mereka juga menjauhinya karena takut kena pukul G.
Tapi aku selau merasa nyaman setiap bersamanya, tentu saja selalu terpikir
olehku kenapa dia selalu mengikutiku. Tapi aku masih takut bertanya padanya
karena aku masih menikmati ke misteriusannya.
~HARI KELULUSAN PARA SISWA~
“yosh, G.. kita hampir lulus kamu
senang G? Sedikit lagi kita tidak akan sekolah disini lagi”
“G, kenapa kamu hanya diam saja?
Kamu tidak suka kita lulus? Kamu masih senang sekolah disini? Bersama
orang-orang ini?”
Hari itu aku merasa terlalu
berlebihan bertanya padanya, dia ...... dia menangis, matanya sembab dan
tangannya basah menahan air mata yang keluar.
“G, maafkan aku..... ada apa
dengan dirimu?” dia hanya menjauh dan pergi, sejauh ini aku belum pernah bisa
mengerti dia.
**
“Assalamualaikum..”
Tak ada yang menjawab salamku,
hening.... sekali
Pintu terbuka, “ayah ibu aku
pulang...”
Ini seperti mimpi, kedua kakiku
lemas tak dapat digerakkan, G ada disana memegang pisau bersimbah darah, G
menatapku dan menangis dia mengatakan kepadaku untuk lari. Tapi kakiku terlalu
lemas untuk berlari. Seseorang lain datang menghampiriku, raut wajah G berubah
drastis, aku takut menatapnya, “Saya, lari.. cepat pergi dari sini” ucap G
berkali-kali tapi aku tetap tak bisa bergerak, G berlari kearahku, aku kira dia
mau membunuhku, sama seperti yang dia lakukan terhadap kedua orang tuaku tapi
tidak G melindungiku dari seseorang yang akan membunuhku. “Saya lari!!! Cepat!!
Cepat Saya!!”
Aku menoleh ke belakang melihat
apa yang terjadi, G bersimbah darah.
“G!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
“Saya lari!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Aku semakin lemas, tapi aku tak
boleh mati disini! Aku berlari dengan seluruh sisa keberanianku.
Dor~~~~
Seseorang itu jatuh ku tembak,
Ayah selalu menyimpan pinstol di dalam laci kamarnya. Dan perkelahian sengit
itu selesai, laki-laki asing itu tergeletak tak berdaya, G pun demikian. Dalam
lumuran darah dia menagis di hadapanku dan berkata dia mencintai ku, dia pergi
untuk selamanya dengan segala kemisteriusannya yang takkan pernah aku ketahui.
~kantor polisi, setelah seseorang lain itu tersadar~
Seseorang itu mengaku sebagai
ayah G, dia berkata bahwa telah mengincar keluargaku dari aku pertama pindah di
rumah baruku. G dan ayahya adalah seorang kriminal kelas kakap yang selama 5 tahun
diincar oleh polisi, mereka bertugas untuk membunuh keluargaku, menghancurkan
garis keturunan terakhir pemilik perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, G dan ayahnya disewa
oleh lawan bisnis kakekku yang lebih dahulu mereka bunuh. Sungguh kejam segala
yang telah mereka lakukan terhadap keluargaku, mereka meninggalkanku sendiri di
dunia ini sebagai keturunan terakhir, tidak ada alasan apapun yang bisa
membuatku kuat selain melanjutkan hidup demi perjuangan orang-orang yang telah
melindungku sampai saat ini,.....
*
Untuk G:
“Aku tak tau dimana kamu berada sekarang G, surga atau neraka. Kamu
cermin keburukan sekaligus ketulusan yang pernah aku temui G. Aku tak tau
perasaanku ini G, Aku ingin membencimu dengan segala kemampuanku, tapi sisi
lain diriku menolaknya. G aku membencimu karena aku tidak bisa membencimu”
No comments:
Post a Comment