From The Golden Words of a Sufi Sheikh, Word#637.
traslate by Dimas Tandayu dan Herry Mardian
traslate by Dimas Tandayu dan Herry Mardian
SEORANG
MURID bertanya pada Bawa Muhaiyaddeen,
“Bisakah Guru menjelaskan kondisi spiritualku, di mana aku sedang berada saat
ini?”
Sang Guru menjawab, “Sebuah benih haruslah
ditanam di saat yang tepat. Ketika ia mulai tumbuh, akarnya menyelusup jauh ke
dalam tanah, memeluk dari semua penjuru. Segera benihnya tumbuh menjadi sebuah
pohon. Seiring perjalanan waktu, pohonnya akan semakin membesar, lalu berbunga
dan berbuah. Tatkala berbuah, buahnya tampak tidak lagi memiliki ikatan dengan
tanah. Walaupun pohonnya terikat ke tanah, namun buahnya justru terhubung
kepada manusia dan seluruh makhluk hidup.
Anakku, hidupmu pun demikian. Walaupun kau
telah tumbuh begitu tinggi, sama seperti pohon: keterikatan akalmu,
pemikiranmu, dan hasratmu masih pada bumi dan keduniaan. Seperti itulah
kondisimu saat ini.
Tapi anakku, kau memiliki sebuah penghubung
dalam qalb-mu, di dalam hatimu, yang berfikir tentang Tuhan dan mencari-Nya.
Akan aku jelaskan cara mengembangkan hubungan tersebut. Ikutilah arahan ini
baik-baik.
Sebanyak apa
pun keterikatanmu pada dunia, jika kau ingin menemukan Tuhan, jika kau ingin
menapaki jalan menuju-Nya; engkau, doa-doamu dan ibadahmu harus seperti pohon.
Walaupun sebuah pohon terikat ke tanah, ia memberikan buahnya untuk semua
mahluk. Walaupun kau terikat pada dunia seperti pohon, niatmu harus seperti
niat sebuah pohon terhadap buahnya: doa-doamu, pengabdianmu, ibadah-ibadahmu,
keunggulan-keunggulanmu maupun semua yang kau lakukan harus terhubung dengan
Tuhan, dan kau harus melakukan pekerjaanmu dengan diniatkan untuk kemaslahatan
semua makhluk, bukan untuk dirimu sendiri. Maka setelah itu, barulah kau akan
berjalan dengan baik ketika menapaki jalan menuju-Nya.”
No comments:
Post a Comment