Pernah beberapa bait kutulis kau dalam
kata. Kadang semanis gula kadang sepahit isi dalam secangkir kopi. Bukannya aku
kemudian lupa, kamu sadar itu. Bukan pula aku ingin berpura pura. Tapi untuk apa
kemudian jika pada akhirnya kau sudah tak lagi denganku. Bila saja semua
penantian berujung temu, aku akan selalu menanti mu. Tapi sudah, lembaran bait namamu kini hanya sebatas aksara
serupa gula yang larut. Lenyap tak berampas. Doa-doa tentangmu tak lagi kuucap.
Tak melangit seperti biasanya. Semua terasa hilang perlahan. Aku harus
melupakanmu, memaafkanmu, dan mengiklaskanmu walau hatiku memberontak dan semua
sudah di luar kendaliku! Kamu keras kepala! Hatiku juga!
-bulan penuh dalam ruang bernomor 241216
-LFF
No comments:
Post a Comment