Saturday, April 5, 2014

Cerpen : Dialog

Laki-laki :
Aku tidak meminta Tuhan untuk melahirkanku sebagai laki-laki. Dan ketika aku tahu aku menjadi laki-laki ketika lahir. Aku menangis. Betapa tidak. Tanggungjawabku sangat besar dan aku sibuk bermain-main. Ketika dalam genggam tangan dan bahuku aku disuruh memikul tanggungjawab pada 4 perempuan (ibu, istri, saudara perempuan, dan anak perempuan). Apakah aku sanggup?

Ketika diwajibkan bagiku mencari nafkah untuk keluargaku. Meski habis tenaga. Apakah aku kuat mencukupi mereka semua?  Ketika diwajibkan bagiku mengangkat senjata dan melindungi kehormatan keluargaku juga agamaku. Nyawa kutaruhkan di muka. Beranikah aku?
Ketika baktiku lebih besar kepada orang tuaku daripada anak dan istriku. Mampu adilkan aku? Jika dipundakku ditanggungkan beban memimpin kapal rumah tangga agar mencapaikan surga bagi keluargaku. Amanahkah aku?

Perempuan :
Aku pun tidak meminta Tuhan untuk melahirkanku sebagai perempuan. Ketika aku tahu aku menjadi perempuan. Aku menangis. Betapa tidak. Aturan penjagaanku begitu ketat, karena begitu berharganya aku. Tapi aku selalu ingin melepaskan diri dari semua itu. Kecenderunganku sering berperang dengan akal pikiranku yang masih sejalan. Muliakah aku sementara aku terus menerus menjual kemulian itu sedikit demi sedikit?

Ketika diwajibkan bagiku berbakti lebih utama kepada suami. Sementara ayah dan ibuku tidak lagi menjadi keutamaan bagiku. Akankah aku bisa melakukannya dengan baik? Ketika menjadi ibu dan memiliki anak-anak yang menjadi amanah-Mu. Sanggupkan aku mempersiapkan mereka menjadi manusia-manusia yang baik, setidaknya aku tidak ingin melahirkan manusia yang mendurhakai-Mu dikemudian hari?

Menjadi perempuan, menjadi perantara kehidupan manusia. Kau titipkan rahim untuk melahirkan manusia baru dibumi ini. Pantaskah aku menjadi kehidupan pertama bagi manusia-manusia yang akan lahir itu?

Laki-laki dan Perempuan :
Kami tidak meminta dilahirkan ke dunia. Mengapa kau turunkan kami ke sini (bumi)? Sedang kami bertanya-tanya, dengan siapa kami akan menjalankan tugas besar ini. Sampai kapan Engkau membiarkan masing-masing kami seorang diri? Sementara Engkau yang memerintahkan kami untuk bersatu, satu sama lain.

Tuhan :
Sudahkan kalian percaya dan mempercayakan kehidupan kalian kepada-Ku sepenuhnya?
 - - - - - - - - - - - -

No comments:

Post a Comment