Sunday, March 2, 2014

Berubah

Aneh rasanya, pagi ini aku terbangun dengan balutan perban di dadaku seperti mimpi kejadian yang aku alami, bahkan tak pernah sedikitpun terbayang aku akan selamat dari kejadian itu, bagiku itu sebuah keajaiban, kecelakaan yang menewaskan 3 orang sekaligus.
***
Hari itu aku menjalani hari seperti biasa, aku bangun dan bersiap untuk berangkat kuliah. ­-Seperti biasa-  iya, semuanya seperti biasa, aku bersalaman dengan kedua orang tua dan berangkat menaiki motor biru kesayanganku. Seperti biasa pula aku berharap hariku akan lancar dan hebat saat itu. -Ya hebat-  Tuhan memberiku hari yang hebat, dia mempertemukanku dengan kecelakaan itu. Membuatku harus merasakan dinginnya kasur rumah sakit, yang tak pernah bersahabat. Membuatku harus tertidur beberapa hari dan bangun dengan luka yang belum mengering di dada. Aku pikir aku akan mati setelah kejadian itu, tapi Tuhan tak berkata begitu.  –Ya! benar dugaanmu- Tuhan mengirimkan obat untukku (seorang teman untukku membuatku mengerti bahwa hidup harus menerima penerimaan yang sempurna, bahwa hidup akan terus maju bagaimanapun inginnya aku untuk kembali, bahwa hidup harus mensyukuri apapun bentuk pemberiannya, karena hidup tak akan abadi).

“bahwa hidup harus menerima penerimaan yang sempurna, bahwa hidup akan terus maju bagaimanapun inginnya aku untuk kembali, bahwa hidup harus mensyukuri apapun bentuk pemberiannya, karena hidup tak akan abadi.” 

Yogyakarta, 27 Februari 2014 

No comments:

Post a Comment