Aneh rasanya, pagi ini aku
terbangun dengan balutan perban di dadaku seperti mimpi kejadian yang aku alami,
bahkan tak pernah sedikitpun terbayang aku akan selamat dari kejadian itu,
bagiku itu sebuah keajaiban, kecelakaan yang menewaskan 3 orang sekaligus.
***
Hari itu aku menjalani hari
seperti biasa, aku bangun dan bersiap untuk berangkat kuliah. -Seperti biasa- iya, semuanya seperti biasa, aku bersalaman dengan
kedua orang tua dan berangkat menaiki motor biru kesayanganku. Seperti biasa
pula aku berharap hariku akan lancar dan hebat saat itu. -Ya hebat- Tuhan memberiku hari yang hebat, dia
mempertemukanku dengan kecelakaan itu. Membuatku harus merasakan dinginnya
kasur rumah sakit, yang tak pernah bersahabat. Membuatku harus tertidur
beberapa hari dan bangun dengan luka yang belum mengering di dada. Aku pikir
aku akan mati setelah kejadian itu, tapi Tuhan tak berkata begitu. –Ya! benar dugaanmu- Tuhan mengirimkan obat
untukku (seorang teman untukku membuatku mengerti bahwa hidup harus menerima penerimaan
yang sempurna, bahwa hidup akan terus maju bagaimanapun inginnya aku untuk
kembali, bahwa hidup harus mensyukuri apapun bentuk pemberiannya, karena hidup
tak akan abadi).
“bahwa hidup harus menerima penerimaan yang sempurna, bahwa hidup akan terus maju bagaimanapun inginnya aku untuk kembali, bahwa hidup harus mensyukuri apapun bentuk pemberiannya, karena hidup tak akan abadi.”
Yogyakarta, 27 Februari 2014
No comments:
Post a Comment