Jadilah seseorang
yang: "Aku akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak."
untuk seseorang yang: "Aku akan pasti datang. Tidak peduli kau tetap di
sini atau pun tidak."
Meski hingga detik ini kita tidak tahu siapa seseorang tersebut. Meski kita terlampau malu dengan harapan2. Teruslah memperbaiki diri, besok lusa kita akan paham hakikat nasehat ini.
Meski hingga detik ini kita tidak tahu siapa seseorang tersebut. Meski kita terlampau malu dengan harapan2. Teruslah memperbaiki diri, besok lusa kita akan paham hakikat nasehat ini.
~ Keep fighting
Jadikanlah wajah tulus dan kebaikan, maka kita
tidak perlu membeli bedak seumur hidup untuk membuat wajah cantik.
Jadikanlah bibir tersenyum bahagia, maka kita tidak perlu membeli sepotong lipstik untuk membuat bibir indah.
Jadikanlah mata yang selalu menatap bersahabat, maka kita tidak perlu membeli pewarna atau penebal alis.
Dan kabar baiknya, bahkan saat sudah keriput, tidak tertolong lagi oleh kosmetik fisik, maka kita justeru semakin menawan dengan kosmetik hati.
Jadikanlah bibir tersenyum bahagia, maka kita tidak perlu membeli sepotong lipstik untuk membuat bibir indah.
Jadikanlah mata yang selalu menatap bersahabat, maka kita tidak perlu membeli pewarna atau penebal alis.
Dan kabar baiknya, bahkan saat sudah keriput, tidak tertolong lagi oleh kosmetik fisik, maka kita justeru semakin menawan dengan kosmetik hati.
Ketika kita disuruh
menunggu, lantas bertanya, hingga kapan? sampai kapan? berapa lama? Maka
sebenarnya kita tidak sedang menunggu, Kawan. Tapi berhitung, penuh perhitungan
sang pedit nan pelit.
Ketika kita disuruh bersabar, lantas nyeletuk iya kalau ujungnya dapat, kalau nggak? Rugi dong. Maka sebenarnya kita tidak sedang bersabar, Kawan. Tapi transaksi jual beli, atau malah bertaruh. Seolah bersabar adalah pilihan tersisa yang dilempar di atas meja taruhan.
Padahal, sungguh tidak ada resiko bagi orang yang sabar. Dia menjual sesuatu kepada yang maha memiliki segala sesuatu. Apanya yang akan rugi? Jangan begitu keliru memahami hakikat sabar. Orang2 dulu yang berilmu bahkan menghabiskan puluhan tahun hanya untuk mengerti satu cabangnya saja.
*Tere Liye
Ketika kita disuruh bersabar, lantas nyeletuk iya kalau ujungnya dapat, kalau nggak? Rugi dong. Maka sebenarnya kita tidak sedang bersabar, Kawan. Tapi transaksi jual beli, atau malah bertaruh. Seolah bersabar adalah pilihan tersisa yang dilempar di atas meja taruhan.
Padahal, sungguh tidak ada resiko bagi orang yang sabar. Dia menjual sesuatu kepada yang maha memiliki segala sesuatu. Apanya yang akan rugi? Jangan begitu keliru memahami hakikat sabar. Orang2 dulu yang berilmu bahkan menghabiskan puluhan tahun hanya untuk mengerti satu cabangnya saja.
*Tere Liye
No comments:
Post a Comment