“Selamat pagi Nanda”, sapaku setiap pagi diantara tembok tembok kekar di kamarku. Sebenarnya itu sudah tidak dapat disebut pagi lagi, teman-teman kos ku sudah siap untuk berangkat kuliah. Yah begitulah aku, seorang perempuan semaunya. “nanda, cepat bangun kamu kesiangan lagi kuliah ntar!” teriak kakak kosku, dia seperti sosok ibu buatku di tempah antah berantah ini. Namanya adalah kak Dewi, kebaikannya sungguh seperti dewi. “iya kak” aku bergegas bangun menuju kamar mandi untuk bersiap. Kak dewi pagi ini hanya membangunkanku, tak seperti biasanya dia tergesa-gesa pergi ke kampus.
Dengan santainya aku berjalan menyusuri trotoar menuju
kampusku, aku seorang mahasiswi semester 1 jurusan kimia umurku 17 tahun, dan
aku sama sekali tidak menginginkan masuk jurusan ini. Kak dewi adalah kakak kos
ku, dia seorang mahasiswi jurusan seni tari yang sangat mencintai dunia tari.
Memang aku baru mengenalnya beberapa bulan ini, namun kebaikan hatinya sungguh
seperti sosok ibu yang selama ini aku rindukan.
Di dalam kelas aku hanya menggambar tak sedikitpun materi
yang diberikan aku lirik, tak ada yang menarik dengan kimia. Ayahku adalah
seorang pemimpin di laboratorium pemerintahan. Dia menginginkan anaknya menjadi
seorang peneliti yang handal, sedangkan ibuku adalah seorang penari tradisional
jawa, Yang sangat menyayangiku. Namun semenjak pertengkaran itu terjadi, ayah
dan ibuku berpisah. Aku yang masih berumur 11 tahun diputuskan diasuh oleh
ayahku yang notabene penghasilannya lebih tetap dibanding ibuku. Sejak putusan
itu, ibuku mulai depresi dan akhirnya dia memutuskan untuk merusak dirinya,
sampai suatu saat dirinya benar-benar rusak dan itu akhir ibuku di dunia. Aku
sanagt merindukannya. Untungnya aku mempunyai sahabat kecil yang sanagt
mengerti aku. Dia bernama nando.
Setiap kuliah dimulai aku hanya melukis gambar ibuku di
setiap buku tulisku. Aku juga sedih setiap mengingat bahwa nando tidak dalam satu
universitas denganku. Nando adalah sahabatku sejak aku dibawa oleh ayahku. Dia
yang selalu mendengarkan ceritaku, dia yang selalu menampung kesedihan dan
tangisku. Aku dan nando pernah berjanji kita akan bertemu ditempat masa kecil
kita saat kita meraih cita-cita kita. Nando tak pernah tau bahwa, ayahku
berhasil memaksaku memasuki jurusan kimia, bukan jurusan seni yang selama ini
menjadi impianku. Dan nando takkan pernah tau, dia telah pergi karena penyakit
kanker yang di deritanya telah merenggut jiwanya.
Hari demi hari kujalani paksaan ayahku. Sepertinya ayahku sangat
bangga aku diterima dan masuk jurusan kimia di universitas ini, tapi ayahku tak
pernah tau betapa tersiksanya aku. Di kampus aku terkenal sebagai anak yang
dingin, anak yang sendiri tak mau bergaul dan tersenyum pada siapapun.
Sampai kusadari, ada seorang anak di kelas yang selalu memperhatikanku,
menghampiriku. “nanda, bolehkah aku duduk di sampingmu?” sapanya tiba-tiba saat
aku sedang melukis ibuku di dalam kelas. Aku hanya terdiam, mengisyaratkan ketidak
pedulian dalam bahasa tubuhku. Dia memperhatikan setiap goresan yang aku
ciptakan. Apa yang di inginkan anak ini, pikirku dlam hati. Sejak kepergian
ibuku aku didesain sebagai wanita yang tidak peduli dengan lingkungan, menjadi
wanita egois yang kekurangan kasih sayang. Namun entah apa yang terjadi
aku bisa mengobrol dengannya.
Satu kali, dua kali, tiga kali kami mengobrol sampai tak
terhitung lagi. Apa yang kami obrolkan itu sungguh tidak berhubungan dengan
pelajaran yang kami ambil. Kami selalu mengobrolkan hal-hal abstrak, kadang
kami mengobrolkan langit, matahari, air, sampai suatu hari aku bercerita
tentang impianku. Dan hari itu, hari dimana sangat berbeda dengan hari-hari
biasanya. Aku teringat kembali dengan bubuk-bubuk mimpi, yang seharusnya tak
bisa ku ingat.
Aku bercerita tentang mimpiku dengan semangatnya, Yosi hanya
tersenyum memperhatikan keantusiasanku bercerita. “akhirnya kau bisa bermimpi
juga Nanda”
Aku terkejut mendengar kata-kata itu, “kenapa kamu? Setelah
beberapa tahun ini, aku melakukan hal yang sia-sia. Kamu baru datang, kamu tau
bagaimana rasanya sendiri? Kamu tau bagaimana rasanya ditinggalkan? Aku takut
tidur saat malam, karena aku takut bermimpi tentang ibuku, aku takut bertemu
ayahku. Mataku menghitam. Dan wajahku selalu lelah memucat.”
Aku segera berlari sekencangnya, meninggalkan dia sendiri.
Yosi hanya terdiam, melihatku pergi.
Malamnya aku berpikir, apa yang salah denganku. Selama ini
aku tidak bisa tertawa, tidak bisa berbicara. Kecuali dengan ibuku dan
sahabatku nando.
Sinar surya terbit dan kembali menyapaku, “selamat pagi nanda” kata-kata itu terucap dari
bibirku. “Nanda, tumben kamu bersemangt sekali hari ini” saut kak Dewi. Aku
hanya tersenyum. Sampai di kampus, aku menemui Yosi “Yos, aku akan pindah! Aku
akan meraih cita-citaku, aku akan menjadi pelukis terhebat dan akan membuka
pameran terbesar yang pernah ada, aku nggak mau terkurung di tempat ini. Aku
yakin ayahku pasti akan setuju setelah melihat aku sukses kelak”.
Betapa kagetnya ayahku, anak yang selama ini dia kira lulus
menjadi saintis kini menjadi seorang seniman. Tapi apa, ayahku tak bisa lagi
mengekangku. Empat tahun berlalu, aku membuktikan pada ayahku aku bisa menjadi
seniman yang hebat seperti mimpiku yang sebenarnya.
Sudah lama sekali aku tidak mengobrol dengan Yosi, aku
meneleponnya untuk bertemu. Sembari melepas rindu dan menceritakan
keberhasilanku. Yosi menunjukkan sebuah kotak merah kecil dari balik sakunya.
“nanda, maukah kau menjadi teman hidupku?” ucap Yosi.
Aku tak pernah menyangka Yosi mengucapkan kata-kata itu. “yosi,
sungguhkah ini?”
“bagaimana Nanda, maukah kau membantuku disaat susah dan
menemaniku disaat suka?”
Aku tak bisa berkata-kata apapun, aku hanya bisa mengangguk.
Mengiyakan permintaanya. “lihatlah aku kini, seorang nanda yang dulu dingin dan
egois, kini dapat tersenyum semenjak bertemu denganmu. Seorang Yosi yang
mengingatkan impian-impianku kembali. Seorang Yosi yang memunculakan cahaya di
mataku ini. Sungguh kini aku harap kejadian kecilku tak terulang lagi padaku
dan anak-anakku kelak”
Semua mimpi pasti bisa diraih kalau kita percaya sepenuhnya pada mimpi tersebut, tetap semangat meraihnya.. Pasti bisa! :)
ReplyDelete