edisi racun berlanjut, bukan cuma sianida ataupun arsenik ada banyak racun-racun yang bertebaran di alam ini. dan Ini yang perlu diingat, semua hal dapat menjadi racun bila berada pada tempat waktu dan dosis yang tidak tepat. salah satunya adalah Risin..........
kenal ? Risin, bukan nama makanan, minuman, toko atau nama boy band atau girl band :O
Risin merupakan
zat kimia yang diturunkan dari biji jarak (Ricinus communis). Risin adalah produk samping dari pemanfaatan biji
tumbuhan untuk produksi minyak kastrol. Sifat risin yang tidak larut dalam
minyak membuat risin tidak tercampur dalam produk minyak yang dihasilkan dan
terbuang sebagai residu. Kandungan risin dalam residu ini sekitar 5 persen.
Jumlah 500 mikrogram (1 mikrogram = satu per sejuta
gram) risin atau hanya sebesar ujung peniti sudah cukup untuk membuat manusia
menemui kematiannya. Kemampuannya ini membuat risin menjadi zat bioteroris yang
ditakuti. Namun di sisi lain, kemampuan potensialnya membunuh sel menjadi
harapan bagi pengembangan teknik penyembuhan penyakit.
Walaupun risin termasuk ke dalam kelompok protein, ia
berbeda dengan protein kebanyakan, risin bukan sembarang protein karena risin
adalah protein beracun. Daya racunnya sanggup membunuh manusia, hewan, dan
serangga dalam beberapa jam saja. Ini menjadikan risin sebagai sumber yang
potensial untuk pembuatan senjata biologis.
Risin pertama kali ditemukan oleh
Stillmark pada tahun 1888 ketika sedang melakukan uji coba ekstrak biji
kastroli (castrol bean) pada sel darah merah. Hasil uji cobanya
saat itu menunjukkan bahwa ekstrak biji tersebut sanggup menggumpalkan sel
darah merah. Pada saat itu, Stillmark tidak mengetahui ada apa di balik semua
itu. Namun kini kita mengetahui bahwa yang berperan dalam penggumpalan sel
darah merah tersebut adalah suatu protein enzim yang dikenal sebagai risin.
Daya Racun Risin (Toksisitas)
Uji coba laboratorium menggunakan hewan model
menunjukkan bahwa dosis 3-5 µg (mikrogram) risin /kg berat badan (bb) apabila
dihirup dalam waktu 60 jam dapat membunuh setengah dari populasi hewan coba
(LD50).
Pada manusia, 500 µg risin dapat menimbulkan kematian
setelah 36-72 jam. Oleh karena itu, risin dimanfaatkan oleh teroris untuk
menebar ancaman. Sebagai contoh pada tahun 1978, seorang jurnalis asal
Bulgaria, Georgi Markov yang tinggal di London tewas karena tusukan payung yang
telah dibubuhi risin. Selain itu, bubuk risin diduga pernah digunakan pada masa
perang Irak-Iran pada era tahun 1980-an.
Gejala yang ditimbulkan risin cukup beragam bergantung
pada jalur masuk molekul ini ke dalam tubuh. Gejala yang timbul apabila kita
terpapar risin melalui jalur udara (pernafasan) adalah batuk, kesulitan
bernafas, demam, mual, muntah, kulit berwarna kebiru-biruan, dan tekanan darah
rendah. Terpapar risin melalui jalur pencernaan (mulut) akan menimbulkan gejala
awal seperti diarrhea, dehidrasi, tekanan darah rendah, halusinasi, dan darah
dalam urin. Sedangkan apabila bubuk risin mengenai mata dan kulit, maka akan
menimbulkan mata merah dan rasa sakit pada mata dan kulit.
Mekanisme kerja risin dalam menghancurkan sel diawali
dengan pengikatan rantai B risin kepada reseptor permukaan sel. Rantai B risin
ini akan menempel pada molekul glikoprotein dan glikolipid yang merupakan
senyawa penyusun membran sel. Sekitar 106 sampai 108 molekul risin dapat
terikat pada setiap sel.
Selanjutnya, risin akan memasuki bagian dalam sel
melalui mekanisme endositosis - peristiwa
internalisasi zat asing oleh sel. Dari 106 sampai 108 molekul risin yang
menempel pada permukaan sel, hanya satu molekul yang dapat masuk ke dalam sel
target. Di dalam sel, rantai A dan B molekul risin akan terpisah. Rantai A yang
bersifat toksik akan menginaktivasi pabrik pembuat protein, ribosom. Satu
molekul risin yang masuk ke dalam sel sanggup menginaktivasi lebih dari 1.500
molekul ribosom per menit.
Lalu apa yang terjadi apabila ribosom menjadi tidak
aktif? Jika saja ribosom tidak memiliki fungsi yang vital sebagai pabrik
pembuat protein, tentu masalah yang ditimbulkan tidak akan terlalu besar. Tanpa
adanya ribosom atau ribosom tidak aktif bekerja, maka ribuan protein yang
dibutuhkan untuk kehidupan sel akan berhenti diproduksi. Dan akhirnya sel pun
akan menemui ajalnya. Mekanisme aksi agen bioteroris ini dijelaskan pada gambar
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hiks, trus gimana?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perlindungan Terhadap Bahaya Risin
Sampai saat ini, obat yang efektif untuk mengatasi
keracunan akibat risin pada manusia belum ditemukan. Namun, hasil penelitian
menggunakan hewan coba menunjukkan bahwa pemberian antibodi antirisin (upaya
perlindungan melalui imunisasi aktif) cukup efektif dalam melawan risin yang
masuk ke dalam tubuh melalui udara. Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian
3-5 µg zat kimia toksoid dengan atau tanpa disertai aluminum hidroksida
terhadap tikus dan primata bukan manusia terbukti mampu melindungi hewan tersebut
dari kematian akibat racun risin. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa toksoid
terbukti aman digunakan pada hewan model ini.
Apa yang harus kita lakukan apabila kita terkena
risin? Departemen Kesehatan dan Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Amerika
Serikat menyarankan beberapa tip. Pertama, segera menjauhi tempat bubuk risin
disebar. Kedua, jika pakaian kita sempat terkontaminasi, secepat mungkin kita
melepaskan pakaian tersebut dan membersihkan tubuh kita menggunakan sabun dan
air. Apabila mata kita juga ikut terkena bubuk risin, segera kita mecuci mata
dengan air minimal 10-15 menit. Selanjutnya, pakaian yang sudah terkontaminasi
tadi segera dimasukkan ke dalam plastic tertutup. Upaya-upaya ini diharapkan
dapat mengurangi kemungkinan kematian karena racun risin.
Risin Pun Bisa Bersahabat
Molekul risin ternyata tidak hanya menebar ancaman.
Tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya
bidang kedokteran. Ini disebabkan oleh potensi risin yang cukup besar dalam
terapi terhadap beberapa penyakit seperti tumor, kerusakan sumsum tulang, dan
AIDS.
Dalam kaitannya dengan sel tumor, risin pertama kali
diteliti pada tahun 1951. Untuk dapat membunuh sel target tertentu (misal sel
tumor), para ahli memanfaatkan suatu molekul lain yang spesifik terhadap sel
tumor tersebut. Molekul ini disebut antibodi. Antibodi dirancang sehingga hanya
mengenali reseptor pada membran sel tumor. Antibodi spesifik sel tumor ini
sebelumnya direaksikan dengan molekul risin atau bisa hanya mereaksikannya dengan
rantai A molekul risin membentuk imunotoksin. Ketika terjadi proses
endositosis, molekul risin akan ikut masuk ke dalam sel tumor. Di dalam sel
ini, molekul risin diharapkan dapat berfungsi seperti saat bekerja pada sel
yang sehat, yaitu menghambat produksi protein sel tumor dan akhirnya
menyebabkan sel ini menjadi mati.
Selain untuk terapi tumor, molekul risin juga memiliki
potensi yang cukup besar dalam aplikasi kedokteran lainnya seperti
transplantasi. Uji in vitro menunjukkan,
imunotoksin terbukti secara sukses dapat menghancurkan sel limfosit T yang
menghalangi upaya donor sumsum tulang kepada pasien yang memiliki kerusakan
sumsum tulang. Selain itu, imunotoksin anti sel T juga mampu menghancurkan sel
T yang berbahaya pada penderita penyakit leukemia (tumor darah putih). Pada
tahun 1995, ilmuwan bernama De la Cruz dan koleganya berhasil menunjukkan bahwa
risin juga dapat digunakan untuk studi fungsi otak manusia dan ini penting bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang biologi syaraf. Para ahli juga sedang
meneliti kemungkinan efek potensial dari risin dalam mengatasi penyakit AIDS.
Besarnya ancaman yang ditimbulkan risin hendaknya
tidak menghentikan kita untuk meneliti manfaat yang ada. Potensinya yang juga
besar dalam upaya terapi terhadap beberapa penyakit seperti tumor, AIDS, dan
juga dalam transplantasi sumsum tulang dan studi fungsi otak harus juga
mendapat perhatian yang serius. Sehingga akhirnya molekul risin dapat lebih
digunakan sebagai agen pemberi manfaat daripada agen penyebar ancaman.
No comments:
Post a Comment